Sabtu, 27 November 2021

Popmama Parenting Academy 2021: Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Orang Tua di Masa Pandemi

 

Pandemi mengubah banyak hal di kehidupan kita. Keluarga adalah yang terdampak dan anak-anak menjadi "silent victim", korban yang tak bisa bersuara. Dari sisi tumbuh kembang anak, kesehatan, dan pendidikan mereka terhambat. Dari sisi keluarga, ekonomi, serta kualitas hidup aman dan nyaman pun terdampak. Karena pandemi pula, catatan kekerasan pada anak meningkat. Namun, kita tetap optimis, pandemi segera berakhir. Apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hal yang dirusak oleh pandemi? Ternyata banyak. Itulah yang menjadi dasar Popmama.com menggelar Popmama Parenting Academy. Kita yakin bila orangtua bersatu, dampak pandemi pada anak-anak bisa segera dipulihkan agar tidak menjadi halangan masa depan mereka. 

Memiliki kesehatan mental yang baik adalah kunci perkembangan yang baik pada anak. Anak-anak membutuhkan kesehatan mental agar mereka dapat merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Anak-anak juga  perlu kesehatan mental untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain dan menikmati hidup. Kesehatan mental anak dapat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya keadaan keluarga, kehidupan sekolah, dan peristiwa kehidupan. Oleh karena itu anak-anak dapat mengalami masalah kesehatan mental pada usia berapa pun.

Saat ini, hampir dua tahun Indonesia diserang wabah virus corona. Pembatasan berkerumun maupun mobilitas diterapkan demi mengurangi angka kejadian terjangkitnya covid-19. Bahkan sudah hampir dua tahun lebih pula anak-anak usia sekolah, bersekolah dari rumah. Mungkin saat ini sudah ada sekolah yang menerapkan sekolah tatap muka karena merasa corona sudah mereda. Namun, situasi seperti ini, masih berdampak bagi kesehatan mental anak.

Dari sebuah penelitian di Provinsi Hubei, Tiongkok, tempat pandemi berasal, menyatakan bahwa 22,6% dari anak sekolah tersebut mengalami gejala depresi dan 18,9% mengalami gangguan kecemasan. Penelitian ini sendiri mengambil kelompok sampel yang terdiri dari 2.330 anak sekolah untuk mengetahui keadaan emosional mereka selama pandemi. Gangguan kecemasan itu dapat terjadi akibat dari terlalu lama berdiam diri di rumah. Selain itu juga kecemasan yang diperlihatkan oleh orang tua secara tidak langsung memiliki dampak bagi anak-anak.

Proses Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) juga memiliki andil terjadinya gangguan kesehatan mental (kecemasan) pada anak, dikarenakan anak tidak yakin atas pemahaman pembelajaran, ataupun masalah fasilitas baik jaringan internet maupun gadget yang digunakan (laptop/handphone). Berdasarkan www.covid19.go.id, hanya sebanyak 68% anak dapat mengakses fasilitas pendukung selama masa PJJ, sisanya tidak mendapatkan apa-apa.

 

Perubahan yang terjadi selama pandemi covid-19 ini dapat memicu stres pada anak. Beberapa ciri gejala stres pada anak, diantaranya:

  1. Banyak diam/termenung.
  2. Adanya perubahan suasana hati.
  3. Perubahan nafsu makan (ada yang menjadi sering makan, atau malah menjadi malas makan).
  4. Pola tidur menjadi tidak teratur.
  5. Kehilangan semangat.
  6. Menyendiri di kamar.
  7. Menghabiskan waktu dengan gadget.
  8. Menarik diri dari kegiatan kekeluargaan di rumah.
  9. Lebih mudah khawatir.
  10. Sering mengeluh terkait kondisi fisik (mungkin karena beban pikiran).
  11. Sulit berpisah dari orangtua.
  12. Anak memiliki kebiasaan baru seperti mengisap jempol, memutar-mutar rambut, atau mengupil; anak-anak yang lebih besar mungkin mulai berbohong, menggertak, atau menentang otoritas.

Orang tua memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan anaknya karena memiliki waktu bersama lebih banyak dengan anak. Yang dapat dilakukan orang tua selama masa pandemi ini dalam menjaga kesehatan mental anak adalah jaga mood anak. Misalnya, atur pola makan dan tidur yang teratur, ajak anak bermain, berolahraga, bersih-bersih rumah, dan berjemur di pagi hari. Hal-hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan bermain gadget atau game online.

Membatasi anak untuk menonton atau membaca berita tentang covid-19 dari berbagai media agar anak tidak mudah cemas. Pasalnya, anak belum dapat menyaring berita dengan baik yang berdampak pada kecemasan. Sediakan fasilitas yang memadai untuk anak melakukan PJJ, serta bantu anak untuk memahami pelajaran. Sediakan waktu dengan anak untuk melakukan video call dengan keluarga jauh ataupun teman-temannya agar bisa mengurangi kecemasan dan mengobati rasa rindu anak. Jangan perlihatkan kecemasan di depan anak, karena akan memengaruhi kecemasan anak. Salah satu bentuk ekspresi kecemasan yang biasa muncul adalah memberikan larangan atau batasan berlebihan kepada anak. Contohnya, anak sama sekali tidak boleh ke luar rumah atau bermain di halaman rumahnya sendiri.

Orang tua perlu dapat mengontrol emosinya terhadap anak untuk mencegah kekerasan verbal maupun fisik. Jika hal ini sulit dilakukan oleh orangtua, ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater. Berikan contoh yang baik untuk anak, bantu mereka untuk berpikir lebih optimis. Berikan pengertian kepada mereka, meskipun hal buruk terjadi, tapi belum tentu apa yang mereka pikirkan itu benar. Ajak selalu anak untuk tetap bersama-sama agar hal-hal buruk tersebut tidak terjadi. Masyarakat bisa berkontribusi dengan melaporkan ketika ada keluarga yang melakukan kekerasan kepada anak ke pihak yang berwajib. 

 

Adakalanya orang tua juga ikut stres menghadapi situasi pandemi ini. Akibatnya berdampak pada anak, bahkan terdorong untuk melakukan kekerasan pada anak. Yang dapat kamu lakukan, menurut Psychology Today untuk menjaga kesehatan mental orang tua selama masa stres ini adalah cari dukungan sosial dari orang tua lain, baik secara virtual atau melalui tatap muka yang aman. Luangkan waktu untuk secara teratur terhubung dengan teman dan anggota keluarga yang memberi dukungan emosional. Jangan biarkan timbul perasaan sendirian di dunia ini dalam menghadapi pandemi covid-19.

Cari bantuan dari profesional perawatan kesehatan mental, jika perlu. Saat ini ada banyak pilihan, seperti  telehealth (terapi yang diberikan melalui obrolan video), yang mungkin lebih mudah bagi orang tua tanpa bantuan penitipan anak dan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.  Mintalah bantuan dari keluarga dan teman bila merasa stres dalam mengurus anak. Coba minta tolong kepada pasangan untuk membantu mengasuh anak-anak. Ceritakan kepada pasangan tugas mana yang menurutmu paling membuat stres.  Bisa juga dengan meminta bantuan kepada orang tua atau mertua untuk membacakan cerita melalui video call untuk anak-anak.  Beri diri sendiri istirahat. Tidak ada orang tua yang mampu menjadi orang tua yang “sempurna”, terutama selama masa-masa yang penuh tekanan dan belum pernah terjadi.

Ingatkan diri sendiri bahwa yang paling penting bagi anak-anak adalah kasih sayang dari keluarga atau pengasuhnya. Sesekali untuk tidak masak, tidak masalah. Makan makanan beku sementara waktu sah-sah saja. Asalkan kita bisa beristirahat dari rutinitas sejenak dan anak-anak tahu bahwa mereka dicintai. Jangan sampai pandemi berkepanjangan ini membuat mental kamu terganggu. Bila merasa tidak sanggup, segera komunikasikan dengan pasangan atau keluarga besar, bahkan teman-teman. Di situlah pentingnya
Popmama.com melahirkan Popmama Parenting Academy untuk berbagi pengetahuan dan motivasi bagi orang tua, khususnya ibu, tentang pentingnya menjaga kesehatan mental diri sendiri, anak, dan orang-orang sekitar kita. (Imam Wiguna)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar