Inilah dia beberapa jenis tanaman obat yang sudah teruji klinis. Uji klinis adalah bukti tersahih dalam dunia pengobatan. Artinya, tanaman obat itu telah resmi diklaim sebagai obat atau penyembuh, bukan sekadar suplemen atau jamu.
1. Mengkudu
Salah satu herbal yang sudah teruji klinis adalah mengkudu untuk menurunkan kadar gula darah. Uji klinis yang ditempuh Prof Dr dr Hendromartono SpPD-KEMO, dokter spesialis penyakit dalam RSU Dr Soetomo, dilakukan terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2—tidak tergantung pada konsumsi insulin—yang berobat ke Unit Rawat Jalan (URJ) Poli Endokrin-Metabolik RSU Dr Soetomo. Pasien yang diteliti berusia di atas 20 tahun, berkadar gula darah puasa 160—180 mg/dl, berkadar gula darah 2 jam setelah makan (postprandial) 200—250 mg/dl, belum pernah menjalani terapi insulin, tidak alergi terhadap mengkudu, tidak menderita luka gangren, penyakit hati, gangguan ginjal, serangan jantung koroner, stroke, dan bukan pengguna steroid atau obat pelangsing tubuh.
Dari sekian banyak pasien yang berobat, terjaring 60 pasien yang sesuai kriteria. Para sukarelawan itu kemudian dibagi ke dalam 4 kelompok: kelompok kontrol (diet tanpa perlakuan ekstrak mengkudu), kelompok perlakuan yang diberi asupan ekstrak mengkudu berdosis 1 g, 2 g, dan 3 g. Masing-masing kelompok terdiri atas 15 pasien.
Sebelum perlakuan, seluruh kondisi pasien seperti kadar gula darah puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, kadar insulin puasa, fruktosamin, Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR)—indikator sensitivitas insulin, HOMA-B (indikator fungsi sel beta pankreas yang memproduksi insulin), total kolesterol, kadar low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan trigliserida, diperiksa. Kondisi pasien kembali diperiksa setiap jam hingga 6 jam setelah perlakuan, pada pukul 22.00, dan pukul 08.00 keesokan harinya. Pemeriksaan harian itu kadar mangamati kadar gula darah saat puasa dan 2 jam setelah makan. Pemeriksaan dilakukan dalam interval 3 hari. Pada hari ke-14, seluruh kondisi pasien dievaluasi tim dokter.
Seluruh pasien kemudian dibiarkan tanpa perlakuan selama 4 hari. Tujuannya agar pengaruh obat dan ekstrak mengkudu di dalam tubuh pasien hilang seperti ketika sebelum perlakuan. Setelah itu, pasien kembali diberi perlakuan dengan tahap pemeriksaan seperti pada uji sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan, mengkudu terbukti menurunkan gula darah secara signifikan pada kelompok pasien yang diberi 2 g dan 3 g ekstrak mengkudu per hari. Menurut Hendromartono, keampuhan buah noni—sebutan lain mengkudu—menurunkan gula darah berkat senyawa scopoletin. Senyawa itu meningkatkan kemampuan reseptor insulin dalam menerima dan memasukkan glukosa ke dalam membran sel tubuh. Selain itu, mengkudu juga ampuh menurunkan resistensi insulin sehingga hormon insulin menjadi lebih aktif mencerna glukosa.
Mengkudu tak hanya ampuh menurunkan kadar gula darah. Kadar trigliserida pasien setelah 2 pekan perlakuan rata-rata turun 13,36 mg/dl. Artinya, anggota famili Rubiaceae itu juga ampuh menurunkan kadar lemak di dalam tubuh. Mengkudu juga terbukti aman dikonsumsi. Fungsi hati dan ginjal pasien selama terapi tetap normal. Namun, mengkudu menyebabkan luka ringan pada lambung pasien yang pernah menderita gastritis alias luka lambung.
Mengkudu teruji klinis menurunkan kadar gula darah
2. Pegagan
Mengkudu bukan satu-satunya tanaman obat yang teruji klinis. Dokter Arijanto Jonosewojo SpPD, dokter spesialis penyakit dalam Poli Obat Tradisional Indonesia RSU Dr Soetomo, Surabaya, juga menguji klinis pegagan Centella asiatica untuk menyembuhkan hipertensi alias tekanan darah tinggi. Uji dilakukan terhadap 30 pasien yang berusia 30—80 tahun, bertekanan darah sistolik 140—180 mmHg dan diastolik 90—110 mmHg, tidak menggunakan obat antihipertensi kimia atau obat tradisional lain selama penelitian, tidak menderita komplikasi, tidak hamil, serta tidak mengalami gangguan hati dan ginjal.
Metode penelitian pegagan berbeda dengan metode pada uji klinis mengkudu. Uji pada pegagan tidak menggunakan kontrol. Pada minggu I, seluruh pasien diberi asupan 1 kapsul ekstrak pegagan setara 500 mg yang dikonsumsi sekali sehari. Pada minggu II, pasien yang tekanan darahnya turun diberi ekstrak pegagan berdosis sama. Bila tekanan darah pasien tetap atau meningkat, dosis dinaikkan menjadi 2 kali sehari. Pada minggu III, pasien yang bertekanan darah tetap atau meningkat, dosis dinaikkan menjadi 3 kali sehari. Bila pada minggu IV tekanan darah pasien tidak berubah, terapi dianggap gagal.
Hasilnya, 12 pasien sembuh setelah mengkonsumsi ekstrak pegagan 2 kali sehari, 10 pasien sembuh dengan dosis 3 kali sehari. Delapan pasien lainnya gagal sembuh dan dikeluarkan dari penelitian. Pemberian ekstrak pegagan berdosis sekali sehari tidak menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik.
Semakin lama terapi, tekanan darah juga kian menurun. Pada terapi minggu I, tekanan darah sistolik pasien rata-rata menurun 8,3 mmHg, minggu II 18,15 mmHg, dan minggu III 22,04 mmHg. Tekanan darah diastolik pasien pada minggu I terapi rata-rata menurun1,48 mmHg, minggu II 6,67 mmHg, dan minggu III 8,33 mmHg. Itu membuktikan, pegagan dapat dipakai sebagai obat untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Pegagan teruji klinis menurunkan tekanan darah
3. Temulawak
Bagi pasien hiperkolesterol, kini dapat diobati dengan temulawak. Hasil uji klinis yang ditempuh Prof Dr Suwijiyo Pramono Apt, dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada menunjukkan, kelompok pasien yang diberi 2 kapsul ekstrak temulawak 2 kali sehari selama sebulan, kadar total kolesterol mereka menurun 18,25%. Kadar LDL yang dikenal sebagai kolesterol jahat juga turun 25,98%. Keampuhannya menurunkan kolesterol berkat senyawa kurkumin dan xanthorrisol. Senyawa xanthorrisol juga ampuh mencegah penyumbatan pembuluh darah ke otak.
Temulawak teruji klinis menurunkan kadar kolesterol
5. Sambiloto dan rimpang jahe merah berkhasiat antineoplasma alias
antikanker
6. Daun jati belanda dan rimpang kunyit menurunkan kadar lemak darah
7. Daun salam untuk menurunkan kadar gula darah
8. Daun jambu biji untuk demam berdarah
Tiga jenis tanaman obat lain masih dalam proses uji klinis seperti daun johar untuk mengobati hepatitis, bawang kucai (antihipertensi), dan sambiloto (antimalaria). Bertambahnya jumlah tanaman obat yang teruji klinis tentu membawa harapan bagi dunia pengobatan di tanahair. Kini kesembuhan tak hanya diraih di toko-toko obat, melainkan di pekarangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar